Kamis, 27 September 2018

DESA OGATA DAN SURPLUS PRODUKSI PADI TAHUN 2015


DESA OGATA

Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368

Ōgata ( ; -mura) adalah sebuah desa di sebelah barat Prefektur Akita.


Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368

Ōgata Village, terletak sepenuhnya di bekas danau terbesar kedua di Jepang, Danau Hachiro (sekarang Hachirōgata Pond merupakan danau terbesar ke-18 di Jepang). Tanah itu sepenuhnya merupakan tanah reklamasi. Desa Ōgata secara resmi dibuka pada 1 Oktober 1964. Pembangunan desa yang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1957 karena kekurangan beras. Keadaan Desa Ōgata tidak seperti desa pada umumnya, hal ini dikarenakan kurangnya pohon-pohon dan fakta bahwa tidak ada gunung yang nyata di Ōgata.


Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368

Desa ogata dibuat di Tanah Reklamasi Jepang, di Danau Hachirogata. Desa ini diciptakan di perairan dangkal antara Pulau Oga dan daratan Honshu dengan sebuah gundukan pasir yang melindunginya dari laut terbuka. Desa Ogata lahir dari tanah yang direklamasi di sekitar danau. Sejak awal, Desa Ogata menjadi model desa Jepang yang mempraktekkan pertanian padi modern. Penduduk dari seluruh negeri dipilih untuk mengolah tanah baru ini. Pemerintah Jepang mengawasi penciptaan Desa Ogata dan pembangunan infrastruktur serta pertaniannya. Desa Ogata adalah satu-satunya contoh proyek konstruksi kota yang diawasi oleh pemerintah Jepang sejak tahun 1960-an. Tanah reklamasi Desa Ogata ditandai oleh sawah yang luas dan jalan lurus panjang yang dibatasi oleh hutan penahan angin. Pemandangan di sini cukup unik. Lima puluh tahun telah berlalu sejak tanah itu direklamasi, dan terbentuk ekosistem baru yang disebut "Wetland Satoyama ". Burung pemangsa seperti Elang Rawa menduduki tingkat tertinggi rantai makanan. Pemandangan, monumen dan fasilitas dari Desa Ogata akan menceritakan mengenai ekosistem yang baru ini dan sejarah reklamasi Desa Ogata. Kita juga bisa belajar tentang langkah-langkah yang diambil oleh penduduk desa untuk mempertahankan hidup mereka di tanah buatan manusia ini.


Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368

Terletak di 40'N dan 140'E, Hachirogata Lagoon adalah danau terbesar kedua di Jepang dengan total luas 22.204 hektar mulai dari 12 km (7,5 mil) dari timur ke barat dan 27 km (17 mil) dari utara ke selatan dengan lingkar 82 km (51 mil). Laguna adalah rumah bagi lebih dari 70 spesies ikan yang berbeda. Setelah studi kelayakan 1954 oleh Profesor Ph. Jansen dan Insinyur A. Volker dari Institut Teknologi Delft di Belanda, Bank Dunia dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendukung reklamasi laguna. Proyek besar ini berlangsung selama 20 tahun dengan biaya 85,2 miliar yen pada Maret 1977, Hachirogata Lagoon dikonversi menjadi 17.239 hektar (42.598 hektar) lahan subur. Pada 1 Oktober 1964, desa Ogata lahir sebagai kotamadya baru bersama dengan reklamasi danau. Itu terdiri dari hanya 6 rumah tangga dengan populasi hanya 14 orang. Setelah orang-orang dari seluruh negeri mulai menetap dan memulai proses pertanian dengan sungguh-sungguh, populasi meningkat kemudian. Saat ini, penduduk desa meningkat menjadi 3.200 orang.

SURPLUS PRODUKSI PADI TAHUN 2015


Source : https://www.google.co.id/search?q=padi&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjy4bzwrtzdAhXEtI8KHUVxBiEQ_AUIDigB&biw=1366&bih=667#imgrc=sylsA-JYCrU2xM:



Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 1 Maret 2016, Angka Sementara produksi padi tahun 2015 sebesar 75,36 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), naik 6,37 persen dibandingkan tahun 2014, artinya produksi padi surplus atau pasokan berlebih, tetapi kenyataannya pada saat ini Indonesia masih mengimpor beras. Pengimporan beras ini mengakibatkan harga beras menjadi lebih tinggi, padahal seharusnya jika surplus beras terjadi seharusnya Indonesia tidak perlu mengimpor beras dan harga pun normal. Produksi beras yang ada seharusnya bisa mencukupi kebutuhan beras di Indonesia. Masalah impor beras ini dipengaruhi oleh kuranganya kapasitas penyimpanan gudang bulog. Seharusnya kapasitas tersebut ditambah, sehingga cadangan beras aman dan mengikuti pertumbuhan penduduk. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons