DESA OGATA
Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368
Ōgata (大 潟 村; -mura) adalah sebuah
desa di sebelah barat Prefektur Akita.
Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368
Ōgata Village, terletak sepenuhnya di bekas
danau terbesar kedua di Jepang, Danau Hachiro (sekarang Hachirōgata Pond
merupakan danau terbesar ke-18 di Jepang). Tanah itu sepenuhnya merupakan tanah
reklamasi. Desa Ōgata secara resmi dibuka pada 1 Oktober 1964. Pembangunan desa
yang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1957 karena kekurangan beras. Keadaan
Desa Ōgata tidak seperti desa pada umumnya, hal ini dikarenakan kurangnya
pohon-pohon dan fakta bahwa tidak ada gunung yang nyata di Ōgata.
Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368
Desa ogata
dibuat di Tanah Reklamasi Jepang, di Danau Hachirogata. Desa ini diciptakan
di perairan dangkal antara Pulau Oga dan daratan Honshu dengan sebuah
gundukan pasir yang melindunginya dari laut terbuka. Desa Ogata lahir dari tanah
yang direklamasi di sekitar danau. Sejak
awal, Desa Ogata menjadi model desa Jepang yang mempraktekkan pertanian padi
modern. Penduduk dari seluruh negeri
dipilih untuk mengolah tanah baru ini. Pemerintah
Jepang mengawasi penciptaan Desa Ogata dan pembangunan infrastruktur serta pertaniannya. Desa Ogata adalah satu-satunya contoh proyek konstruksi kota
yang diawasi oleh pemerintah Jepang sejak tahun 1960-an. Tanah reklamasi Desa Ogata ditandai oleh sawah yang luas dan
jalan lurus panjang yang dibatasi oleh hutan penahan angin. Pemandangan di sini cukup unik. Lima puluh tahun telah berlalu sejak tanah itu direklamasi,
dan terbentuk ekosistem baru yang disebut "Wetland Satoyama ". Burung pemangsa seperti Elang Rawa menduduki tingkat
tertinggi rantai makanan. Pemandangan,
monumen dan fasilitas dari Desa Ogata akan menceritakan mengenai ekosistem yang
baru ini dan sejarah reklamasi Desa Ogata. Kita
juga bisa belajar tentang langkah-langkah yang diambil oleh penduduk desa untuk
mempertahankan hidup mereka di tanah buatan manusia ini.
Source : https://pregamestraining.tokyo2020.jp/en/module/search/result/?prefecture=5&municipality=368
Terletak di 40'N dan 140'E, Hachirogata Lagoon
adalah danau terbesar kedua di Jepang dengan total luas 22.204 hektar mulai
dari 12 km (7,5 mil) dari timur ke barat dan 27 km (17 mil) dari utara ke selatan
dengan lingkar 82 km (51 mil). Laguna
adalah rumah bagi lebih dari 70 spesies ikan yang berbeda. Setelah studi kelayakan 1954 oleh Profesor Ph. Jansen dan
Insinyur A. Volker dari Institut Teknologi Delft di Belanda, Bank Dunia dan
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendukung reklamasi laguna. Proyek besar ini berlangsung selama 20 tahun dengan biaya
85,2 miliar yen pada Maret 1977, Hachirogata Lagoon dikonversi
menjadi 17.239 hektar (42.598 hektar) lahan subur. Pada 1 Oktober 1964, desa Ogata lahir sebagai kotamadya baru
bersama dengan reklamasi danau. Itu terdiri
dari hanya 6 rumah tangga dengan populasi hanya 14 orang. Setelah orang-orang dari seluruh negeri mulai menetap dan
memulai proses pertanian dengan sungguh-sungguh, populasi meningkat kemudian. Saat ini, penduduk desa meningkat menjadi 3.200 orang.
SURPLUS PRODUKSI PADI TAHUN 2015
Source : https://www.google.co.id/search?q=padi&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjy4bzwrtzdAhXEtI8KHUVxBiEQ_AUIDigB&biw=1366&bih=667#imgrc=sylsA-JYCrU2xM:
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tanggal 1 Maret 2016, Angka Sementara produksi padi tahun 2015
sebesar 75,36 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), naik 6,37 persen dibandingkan
tahun 2014, artinya produksi padi surplus atau pasokan berlebih, tetapi kenyataannya pada saat ini Indonesia masih mengimpor beras. Pengimporan beras ini mengakibatkan harga beras menjadi lebih tinggi, padahal seharusnya jika surplus beras terjadi seharusnya Indonesia tidak perlu mengimpor beras dan harga pun normal. Produksi beras yang ada seharusnya bisa mencukupi kebutuhan beras di Indonesia. Masalah impor beras ini dipengaruhi oleh kuranganya kapasitas penyimpanan gudang bulog. Seharusnya kapasitas tersebut ditambah, sehingga cadangan beras aman dan mengikuti pertumbuhan penduduk.